Penyebab Banjir Bekasi yang Bikin Ribuan Warga Mengungsi
Penyebab Banjir Bekasi disebabkan hujan deras, luapan sungai, dan infrastruktur drainase buruk. Dampak sosial dan ekonomi cukup signifikan.
Pada tanggal 4 Maret 2025, Kota Bekasi mengalami banjir yang signifikan, mempengaruhi ribuan warga dan menyebabkan kerusakan infrastruktur. Banjir ini menjadi salah satu kejadian yang menggugah kesadaran akan pentingnya penanganan yang lebih baik terhadap masalah banjir di kawasan ini.
Penyebab Banjir Bekasi Tanggal 4 Maret 2025
Beberapa faktor utama penyebab banjir tersebut antara lain:
Curah Hujan Tinggi dan Luapan Sungai

Salah satu faktor utama yang menyebabkan banjir besar di Bekasi pada tanggal 4 Maret 2025 adalah curah hujan yang sangat tinggi. Hujan deras yang mengguyur wilayah hulu, seperti Kabupaten Bogor, menyebabkan peningkatan debit air di Kali Bekasi.
Kali Bekasi adalah salah satu sungai utama yang mengalir melalui Kota Bekasi dan memiliki peran penting dalam mengalirkan air hujan dari wilayah hulu menuju laut.
Namun, ketika hujan deras terjadi dalam waktu yang lama, volume air yang masuk ke dalam sungai menjadi sangat besar, melebihi kapasitas normal sungai tersebut. Hal ini menyebabkan Kali Bekasi meluap dan airnya memasuki permukiman warga di sekitar aliran sungai.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bahwa ketinggian air di beberapa area mencapai 3 meter, yang menyebabkan kerusakan parah pada rumah dan infrastruktur di sekitarnya.
Banjir yang disebabkan oleh luapan sungai ini juga diperburuk oleh kondisi sungai yang semakin dangkal akibat sedimentasi dan sampah yang menyumbat aliran air. Ketika sungai tidak dapat menampung volume air yang besar, aliran air pun meluap ke daerah sekitarnya, menyebabkan genangan yang meluas.
Kondisi Infrastruktur Drainase yang Tidak Memadai
Selain hujan deras dan luapan sungai, kondisi infrastruktur drainase di Kota Bekasi juga menjadi salah satu penyebab utama terjadinya banjir. Drainase yang ada di sebagian besar kawasan perkotaan sering kali tidak mampu menampung volume air hujan yang tinggi. Banyak saluran drainase yang tersumbat oleh sampah, lumpur, dan sedimentasi, yang mengurangi kapasitas saluran air.
Akibatnya, air hujan tidak dapat mengalir dengan lancar ke saluran pembuangan, dan aliran air pun terhambat. Hal ini menyebabkan genangan air yang semakin meluas, terutama di kawasan yang memiliki permukaan tanah rendah.
Drainase yang buruk membuat air hujan tidak dapat dengan cepat mengalir ke sungai atau saluran utama, yang memperburuk kondisi banjir.
Selain itu, perkembangan kota yang cepat dan tidak terkontrol menyebabkan penurunan daya tampung air tanah.
Banyak area yang dulunya menyerap air hujan kini sudah dibangun dengan beton dan aspal, yang memperburuk resiko banjir karena tidak ada lagi ruang bagi air untuk meresap ke dalam tanah.
Perubahan Iklim dan Cuaca Ekstrem
Salah satu penyebab utama yang semakin memperburuk kejadian banjir di Bekasi adalah perubahan iklim global yang menyebabkan cuaca semakin ekstrem. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia, termasuk Bekasi, telah mengalami peningkatan frekuensi dan intensitas hujan yang sangat tinggi, terutama pada musim hujan.
Curah hujan yang tinggi ini terjadi lebih sering dan dengan intensitas yang lebih besar, yang menyebabkan sungai-sungai tidak mampu menampung air dalam jumlah besar.
Perubahan iklim ini juga berhubungan dengan fenomena cuaca ekstrem lainnya, seperti hujan deras yang sangat intens dalam waktu singkat. Kondisi ini menyebabkan aliran air yang tiba-tiba membanjiri kawasan-kawasan yang tidak memiliki sistem drainase yang memadai.
Selain itu, fenomena alam lainnya yang juga berperan dalam meningkatkan potensi banjir di Bekasi adalah fenomena perigee. Perigee adalah keadaan ketika bulan berada di titik terdekat dengan bumi, yang mempengaruhi gravitasi bumi dan menyebabkan pasang air laut yang lebih tinggi dari biasanya. Fenomena ini mengarah pada terjadinya banjir rob di wilayah pesisir utara Bekasi.
Banjir rob adalah fenomena yang terjadi ketika air laut pasang lebih tinggi dari biasanya dan masuk ke daratan. Pada tanggal 4 Maret 2025, fenomena perigee bertepatan dengan kondisi cuaca buruk, menyebabkan ketinggian air laut meningkat, yang berujung pada banjir rob di beberapa wilayah pesisir Bekasi. Banjir rob ini turut memperburuk kondisi banjir yang sudah terjadi akibat luapan sungai dan curah hujan yang tinggi.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Banjir yang terjadi pada 4 Maret 2025 ini bukan hanya menyebabkan kerusakan fisik, tetapi juga membawa dampak sosial dan ekonomi yang signifikan bagi warga Bekasi.
Ribuan rumah terendam banjir, menyebabkan warga harus mengungsi dan kehilangan tempat tinggal sementara waktu. Infrastruktur jalan dan fasilitas umum seperti pasar, sekolah, dan rumah sakit juga terkena dampak, yang menyebabkan kesulitan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
Selain itu, sektor ekonomi Kota Bekasi juga terdampak parah. Banyak usaha kecil dan menengah yang tutup sementara waktu karena banjir, dan para pedagang kehilangan pendapatan mereka. Hal ini tentu saja meningkatkan beban ekonomi bagi keluarga yang terdampak.
Upaya Penanggulangan Banjir
Untuk mengatasi masalah banjir yang semakin sering terjadi di Kota Bekasi, dibutuhkan pendekatan yang lebih komprehensif dan terpadu. Salah satu langkah penting yang perlu dilakukan adalah peningkatan kapasitas infrastruktur drainase.
Pemerintah daerah perlu memperbaiki saluran drainase yang ada, memastikan bahwa saluran-saluran tersebut tidak tersumbat oleh sampah atau sedimentasi, serta memperbesar kapasitas saluran air untuk menampung volume air yang lebih besar.
Selain itu, normalisasi sungai juga menjadi salah satu langkah yang penting untuk mencegah banjir. Proyek normalisasi sungai perlu dilakukan dengan membersihkan sungai dari sedimentasi dan sampah, serta memperlebar aliran sungai agar bisa menampung debit air yang lebih banyak.
Perencanaan tata ruang yang mempertimbangkan faktor risiko banjir juga sangat penting. Pembangunan di daerah-daerah rawan banjir harus dihindari, dan pembangunan infrastruktur harus dilakukan dengan memperhatikan daya tampung lingkungan.
Untuk mencegah kejadian serupa di masa depan, diperlukan langkah-langkah penanggulangan yang komprehensif, mulai dari perbaikan infrastruktur, normalisasi sungai, hingga perencanaan tata ruang yang mempertimbangkan faktor risiko banjir.